Friday, January 30, 2009

Bagaimana Mengatasi Kritik

“Lebih baik teguran yang nyata-nyata daripada kasih yang tersembunyi” (Amsal 27:5)


Si Tukang Kritik yang Dikiritk
Suatu kali John Maxwell, penulis buku-buku terlaris, menceritakan sebuah kisah tentang seorang pemangkas rambut yang suka mengkritik dan berpikiran negatif. Seorang sales datang untuk menggunting rambut dan mengatakan rencana perjalanannya mengunjungi Roma, untuk bertemu dengan Sri Paus. “Naik apa Anda ke Italia?” tanya tukang pangkas itu. “Naik Alitalia Air”, sahutnya. “Akh! Service-nya jelek. Anda pasti akan kecewa. Dan di mana Anda menginap?” “Di Hilton Roma”. “Akh! Hotel butut. Jangan tinggal di sana. Lalu apa yang akan Anda lakukan?” “Menemui Sri Paus”, kata sales itu. “Percuma! Anda tak mungkin akan berhasil. Memangnya Anda ini siapa?”. Enam minggu kemudian pria itu kembali dari Roma dan langsung menjumpai tukang cukurnya. “Perjalanan saya luar biasa”, katanya “Saya terbang dengan Alitalia dan pelayanannya sangat memuaskan. Saya tinggal di Hilton dan mendapatkan kamar yang paling baik. Saya pergi menemui Sri Paus dan diterima dalam ruangan pribadi. Bahkan saya berhasil mencium tangannya”. “Anda? Anda mencium tangan Sri Paus? Lalu apa kata Paus ketika itu?” tanya si tukang cukur penasaran. “Paus memandang kepala saya, lalu berkata: Akh! Siapa yang mencukurmu? Potongannya mengerikan sekali...”

Kritik itu Menyakiti
Tidak disangkali bahwa setiap kita pernah mengkritik dan dikritik. Dan jelas, hal yang paling tidak enak dan menyakitkan adalah ketika harus menerima kritik. Tidak peduli apa yang kita lakukan (dalam pekerjaan atau profesi kita), orang-orang akan mengkritik. Satu hal yang perlu diingat, kemampuan untuk mengatasi kritik dapat membuat kita berhasil atau malah hancur. Semakin besar atau semakin banyak pekerjaan atau pelayanan kita, semakin banyak kritik yang akan kita terima dari orang-orang yang bahkan kita tidak kenal. Kritik seringkali menyakitkan, tidak menentramkan hati. Ketika kita mencoba melakukan sesuatu yang baik, terkadang orang lain mengkritik dan berpikiran negatif pada kita. Kerap kalai faktor like and dislike bisa mewarnai sebuah kritik. Pada tahun 1993 saya berkesempatakan pelayanan praktek dua bulan di sebuah gereja kecil di kota Bogor. Dipercaya menangani komisi muda adalah hal yang sangat menarik. Meski dua bulan di sana saya berusaha menjadikan mereka sebagai sahabat, teman dan rekan yang saling bekerja sama dalam pelayanan Hari-hari terakhir pelayanan saya dipanggil gembala sidang setempat dan diberikan penilaian dan kritik yang negatif kepada saya. Malam itu saya ingat: ada 10 poin hal negatif yang disampaikannya, karena ketidaksukaannya kepada saya. Ketika saya membuat angket dan saya bagikan kepada jemaat agar menilai pelayanan saya, hampir 100% memberikan nilai yang sebaliknya. Sebaliknya, ada pula kritik negatif datang dari orang yang kita pikir sangat dekat dengan kita. Dr. Dale Galloway, gembala sidang di New Hope Community Church di Portland, Oregon, membuat angket penilaian apakah ia harus bertahan di gereja tersebut atau tidak. Saat itu jemaatnya relatif masih kecil (saat ini gereja tersebut memiliki 6.400 orang dan 500 pendeta yang melayani lebih dari 5.000 anggota kelompok kecil). Ketika hasilnya diumumkan, ia cukup kecewa. Jemaat menberi 31 suara ya dan 2 suara tidak. Suara yang negatif itu membuatnya depresi. Dia berpikir bahwa dia telah gagal. Yang menambah rasa sakit itu adalah, dua orang yang mengajukan suara “tidak” itu adalah pasangan paruh baya yang sering ditolongnya.

Orang Terbaik pun Dikritik
Seorang pengawas kota pernah memberikan nasihat yang bijak: “Bila Anda adalah seorang pemimpin, Anda tidak dapat menghindari kritik. Kritik itu pasti akan muncul. Semakin berhasil seorang pemimpin, semakin sering mereka akan menjadi terget kritikan yang tidak adil. Bila Anda adalah orang-orang yang mewujudkan hal-hal baru, Anda akan menerima kritik”. Bahkan orang-orang terbaik pun mendapat kritikan. Musa, pemimpin besar yang dikenal sebagai orang yang paling lembut hatinya, dikritik oleh Harun dan Miryam hanya karena memperisitri perempuan Kusy (Bil. 12:1-5). Bangsa Israel pun mengkritiknya karena Musa dianggap menyengsarakan dan menelantarkan hidup mereka di padang gurun. Bahkan mereka berkolaborasi ingin menggantikan posisi Musa (Bil. 14:4). Ketika Paulus baru pertama kali bertobat, ia dianggap dan dikritik sebagai orang yang mematai-matai mereka dan pertobatannya hanyalah pura-pura. Yesus, yang motivasi dan karakternya murni dan tak tercela, dikririk orang sebagai pelahap dan peminum (Mat. 11:19 dan Luk. 7:34), seorang Samaria (Yoh. 8:48), Beelzebul (Mat. 12:24), dan teman para pendosa (Mrk. 2:16). Dia yang sempurna itu pun dikritik secara tidak adil dan kasar oleh teman-temannya dan juga musuhnya. Bahkan, kalau pun Yesus berjalan di muka bumi pada hari ini, beberapa orang akan mengkritik hal yang sama. Semua orang Kristen dan para pemimpin gereja akan menerima kritik. Pertanyaannya adalah, bagaima kita menanggapinya? Tidak peduli betapa negatifnya orang lain, penting bagi kita untuk mengatasi kritik dengan cara yang positif. Bila kita tidak mengatasi kritik dengan benar, kita akan menjadi korban, dan bukan pemenang. Kita melayani satu Tuhan yang sanggup menolong kita mengubah hal yang buruk menjadi baik, sama seperti yang Dia lakukan dengan Yusuf (lih. Kej. 50:20).

Pandai Mengatasi Kritik
Hanya ada dua cara untuk mengatasi kritik: secar positif dan negatif. Pilihan ada di tangan kita. Jangan pernah menyerahkan kehidupan emosional kita kepada orang-orang yang berpikiran negatif atau kepada serangan-serangan negatif. Hiduplah sesuai dengan panggilan yang lebih tinggi, yang dideskripsikan Alkitab sebagai kehidupan penuh dengan cinta kasih. Dr. Dale Galloway dan Warren Bird dalam bukunya On-Purpose Leadership (Kepemimpinan yang Efektif) memberikan 7 (tujuh) langkah yang positif mengatasi kritik.
1. Pahami perbedaan antara kritik yang membangun dan yang menghancurkan. Ketika dikritik, lihatlah di balik kata-kata dan jiwa orang tersebut. Apakah dia sedang mencoba menolong, membangun dan meningkatkan atau malah menghancurkan. Di Willow Creek Community Church, Chicago, Bill Hybels membagi pengalamannya. Setiap kali dia selesai menyampaikan khotbah ada 4 orang yang mengevaluasinya, dan keempat orang ini mempunyai jiwa yang ingin membangun terus lebih maju hamba Tuhannya. Umumnya, di tengah-tengah masyarakat kita yang namanya sinisme itu menjadi penyakit yang berkembang pesat. Kesinisan dalam diri seseorang terus mencari yang terburuk dalam diri orang lain. Di sinilah kita perlu merubah ruang lingkup kita: “Berubahlah oleh pembaruan budimu”, demikian tulis Paulus kepada jemaat di Roma (12:2).
2. Putuskan untuk tidak membuang-buang energi dengan memerangi kritik yang menghancurkan. Hari ini media masa ramai membicarakan pencalonan gubernur California, sebuah state terkaya di Amerika, yang pendapatan perkapitanya sebagai urutan kelima terbesar di dunia setelah AS, Jepang, Jerman, Inggris. Seorang calon yang menarik perhatian masyarakat di sana adalah tampilnya sang bintang Terminotor Arnold Schwarzenegger. Arnold, yang akrab dipanggil Arnie, pun mendapatkan kritik dari sebuah media yang mempermasalahkan latar belakang hidupnya: imigran Austria dan berayahkan anggota partai Nazi dulu. Meski dijelek-jelekkan oleh wartaman tersebut, Jawa Pos edisi Selasa 12 Agustus 2003, menulis demikian: “Tugas dan kewajiban saya pada California jauh lebih besar ketimbang mencemaskan soal-soal negatif atau apapun yang mereka lemparkan itu. Saya tidak berkonsentrasi ke situ. Saya pilih tetap fokus saja (ke pemilihan gubernur).” Suatu kali Yesus mengutus murid-murid-Nya pergi ke sebuah desa untuk mencari makanan dan tempat penginapan. Ketika orang-orang desa menolak kehadiran mereka, para murid ingin menyerang balik dengan memanggil api dari langit (lih. Luk. 9:54). Yesus menanggapi itu semua dengan tenang dan membimbing para murid-Nya pergi ke desa berikutnya. Ada kalanya, bila kritikan yang ditujukan kepada kita tidak berdasar, tidak masuk akal, hanya melayani diri sendiri, sebaiknya tidak terlalu mendengarkan apa yang mereka katakan.
3. Cobalah untuk memahami sumber kritik. Seorang bijak pernah berkata demikian, “Kritik yang menyakitkan dari seorang yang bijak lebih baik daripada persetujuan yang antusias dari seorang bodoh”. Ketika Yesus diolok-olok di atas kayu salib, Dia berdoa: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34). Yang dimaksud Yesus adalah bahwa mereka tidak memahami masalahnya.
4. Lihat apakah ada banyak orang yang mengkritik. Di New Hope Community Church, Dr. Dale Galloway selalu menggunakan “kartu komunikasi” sebagai alat kritik. Dia selalu membaca setiap kartu itu pada hari Minggu, memperhatikan komentar-komentar yang positif dan juga kritikan. Bila seringkali banyak kartu menyuarakan masalah yang sama, maka dia tahu bahwa dia harus lebih banyak mendengarkan. Bila hanya ada satu orang yang memunculkan satu masalah, dia akan mendengarkan tetapi juga akan berpikir bahwa mungkin saja orang ini memiliki satu hari yang buruk.
5. Buka diri apakah kita dapat memetik manfaat dari kritikan. Ketika kritik datang, belajarlah menanyakan hal-hal berikut: “Apakah ada kebenaran di dalamnya?”, “Apa maksud Tuhan di balik semua ini?”, dan “Apakah ada pelajaran yang bisa saya ambil?”. Setiap kritik yang ditujukan kepada kita dapat menjadi sahabat yang membantu kita melihat titik-titik kelemahan kita untuk bisa bertumbuh. Setelah mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini, mintalah pertolongan Tuhan untuk memperbaharui membangkitkan rasa percaya diri kita.
6. Terlebih dululah mencoba untuk lebih menyenangkan Tuhan daripada manusia. Rasul Paulus adalah orang yang banyak mengalami tekanan, kritikan dan penganiayaan yang berat dalam panggilannya. Namun dia tetap teguh berdiri di dalam pelayanannya. Dia terutama berpikir untuk menyenangkan hati Tuhan. “Yang menghakimi aku ialah Tuhan,” katanya (1 Kor. 4:4). Meski kritikan datang dalam perjalan iman kehidupan kita, tujuan kita adalah selalu menyenangkan Tuhan dan tidak pernah meninggalkannya.
7. Ketika dikritik, ambilah tindakan yang positif, bukan yang negatid atau membela diri. Stanley Jones, seorang penulis ternama mengingatkan kita, “Saya bukan hanya akan berdoa untuk orang-orang yang mengkritik saya, tapi, kapan pun mungkin, berdoa bersama mereka.” Dalam pelayanan saya pun demikian. Ketika saya dikritik oleh orang-orang yang saya ketahui, saya lebih banyak mendoakan mereka, menyebut nama mereka dalam doa. Hasilnya, Tuhan menjawab luar biasa. Paulus menulis, “Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!” (Rm. 12:14). “Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu,” demikian perintah Yesus.

1 comment:

  1. Thx untuk artikelnya.

    Di sini ada link untuk memahami pacaran Kristen yang benar, silahkan dilihat. Pasti akan memberkati Anda!
    http://datinginsightindonesia.wordpress.com

    Untuk melihat pembahasannya silahkan lihat link dibawah ini:

    http://www.youtube.com/watch?v=7EgeN-oXl7k

    ReplyDelete