Saturday, January 31, 2009

Mengatasi Masalah Tanpa Masalah

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp. 4:13)


Sebuah Masalah

Beberapa tahun yang lalu, ketika menemani adik saya yang masuk RS dan menjalani sebuah operasi, saya bertemu dengan seorang pasien yang berbaring di sebelah tempat tidur adik saya. Ia terbaring dengan lemas dan tak berdaya. Nampak dari wajahnya ia begitu tertekan dan seolah-olah sedang menghadapi masalah yang sangat berat. Benar dugaan saya. Ternyata ia baru saja ditinggalkan oleh tunangannya dan tunangannya itu menikah dengan orang lain. Tidak tahan menangung masalah yang berat itu, ia lantas meminum Baygon, racun obat serangga itu. Untung saja nyawanya masih bisa diselamatkan. Bulan Agustus 2003 yang lalu sebagian dari kita dikejutkan dengan berita kematian salah seorang pengusaha yang menjatuhkan diri dari hotel berbintang di Jakarta. Menurut para wartawan kematiannya yang mengenaskan itu disebabkan karena masalah-masalah besar yang menakannya. Berikutnya, Sabtu, 13 September 2003, di Bandung terjadi berita yang memilukan. Pada hari itu Haryanto, bocah kelas VI SD, berusaha melakukan bunuh diri karena merasa malu dan tertekan gara-gara orangtuanya tidak bisa memberinya uang ekstra kurikuler sebesar Rp. 2.500! Ada apa dengan semua contoh di atas? Jelas bahwa mereka menghadapi beragam masalah dan tidak bisa mengatasinya.


Orang-orang yang Menghadapi Masalah dalam Alkitab

Alkitab banyak mencatat beberapa tokoh Alkitab pun tidak luput dari masalah. Mereka pun diijinkan mengalamai itu semua dan banyak belajar darinya. Ini juga menunjukkan bahwa orang-orang yang percaya kepada Allah tidak kebal terhadap masalah. Misalnya, Paulus menghadapi masalah karena pertobatannya kepada Kristus menjadi ancaman yang serius bagi kaum Yahudi. Lot dan keluargany tinggal di tengah-tengah kelompok bermasalah yang suka mengganggu orang lain dan berhubungan pria dengan pria. Saat-saat menjelang akhir hidup-Nya, Yesus pun menghadapi berbagai macam masalah. Ia bukan hanya menghadapi masalah fisik, di mana menerima aniaya demi aniaya; tetapi juga secara psikis, diperlakukan tidak adil dan tidak ada yang membelanya dan ditinggalkan oleh murid-murid-Nya.


Penyebab Masalah

Masalah-masalah yang datang menimpa seseorang disebabkan oleh beberapa hal:

  1. Karena dosa: ini menjadi masalah yang sangat serius karena berhubungan langsung dengan Allah. Ketika Adam dan Hawa melanggar perintah Allah dengan memakan buah terlarang itu mereka takut, berlari, dan bersembunyi. Masalah yang disebabkan karena dosa harus diberesi hanya di dalam Yesus Kristus.
  2. Karena iblis: masalah berat yang menimpa Ayub di mana ia kehilangan anak-anak dan harta bendanya disebabkan karena iblis yang menyerangnya. Namun demikian atas anugerah dan kekuatan Tuhan akhirnya ia dan keluarganya dipulihkan kembali.
  3. Karena orang lain: Yusuf mengalami masalah demi masalah di mana ia dijual sebagi budak, dijauhkan dari orangtuanya, difitnah, dan dipenjarakan disebabkan karena orang-orang lain yang tidak suka kepadanya. Demikian juga Elia yang mengalamai depresi berat karena diancam akan dibunuh oleh Isebel.
  4. Karena penyakit: Ada banyak orang-orang yang menderita penyakit tertentu dan untuk masa waktu tertentu membuat mereka menjadi stres, tertekan, dan menjadi masalah.
  5. Karena alam: Amerika Serikat pada umumnya dibagi menjadi tiga bagian: barat, tengah, dan timur. Masing-masing wilayah itu memiliki masalah alam yang unik dan berbeda satu dengan yang lain. Wilayah barat biasanya sering mengalami gempa dan kebakaran hutan; tengah mengalami badai tornado; dan wilayah timur sering dilanda hurricane (topan dan badai). Wilayah timur yang beberapa waktu lalu ditimpa badai Isabel telah merusak dan menghancurkan banyak rumah, perkantoran, dan jalan raya. Karena inilah banyak diantara mereka yang mengalami pergumulan dan masalah yang berat.
  6. Karena diri sendiri: Orang yang membangun rumah di atas pasir (dalam perempumaan Yesus) adalah contoh riil masalah yang dibuat oleh orang itu sendiri. Karena kecerobohan dan kebodohannya itu maka apa yang ia bangun hancur porak poranda.

Sikap Menghadapi Masalah

Ketika menghadapi masalah, biasanya akan muncul 4 macam sikap:

  1. Mengacuhkan (menganggap seolah-olah tidak ada masalah dan tidak mau tahu dan perduli dengan semua yang menimpanya)
  2. Melarikan diri (tidak berani menghadapi masalah dan mencoba menutupinya dengan cara kompensasi: pergi ke night club, seks bebas, minum-minuman beralkohol, dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang)
  3. Menyerah (setelah semua yang coba dilakukan dan dipikirnya tidak ada lagi jalan keluar, ia mulai merasa gelisah, gagal, tertekan/stres, frustrasi, dan mengalami depresi berat)
  4. Menghadapi (meski dirasa berat dan sulit, ia masih tetap berdiri tegar dan terus mencari solusi untuk bisa keluar dari kesulitan yang dihadapinya. Baginya tidak ada kata “mundur” atau “menyerah”. Mottonya: “Aku pasti bisa!”)


Mengatasi Masalah tanpa Masalah

Penting bagi kita untuk berani menghadapi masalah dan bukan menghindari masalah. Kalau kita tidak menghadapinya, maka masalah itu yang akan menyerang kita. Dan masalah akan menjadi besar bila kita selalu melihat diri kita kecil dan tak berdaya. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu kita pelajari bagaimana mengatasi masalah tanpa masalah:

1. Berpikir Positif dan Berpikir apa yang Allah Pikir

Sikap pertama yang paling penting ketika masalah datang adalah mengambil sikap mental yang positif. Di sebuah kantor ada sebuah plakat yang cukup menarik: SIKAP ADALAH LEBIH PENTING DARI KENYATAAN. Seorang berpikir negatif biasanya berkata: “Ini sulit. Ini fakta yang sangat menyulitkan. Kita tidak bisa berbuat apa-apa”. Tetapi orang biasa berpikir positif berkata lain, “Ya, ini memang sulit dan faktanya demikian. Tetapi saya yakin pasti ada jalan untuk memecahkannya. Saya akan mencari jalan itu”. Cobalah lihat contoh dua orang businessman berikut. Yang seorang diberikan tempat yang prospeknya kering dan lahan yang sulit. Ditambah dengan suara-suara yang mengatakan bahwa tempat itu sulit berkembang, maka ia akan berpikir, “Buat apa saya susah-susah membuang waktu di sini. Lebih baik saya angkat kaki dari sini.” Padahal, orang itu belum memulai apa-apa di tempat itu. Lain halnya orang yang kedua. Ketika dia melihat daerah itu, ia mulai memikirkan banyak hal akan membangun ini dan itu. Cara berpikirnya pun lain, “Ditempat ini belum ada seorang pun yang mengerjakan, maka saya akan menjadi pionir untuk memulai bisnis saya ini. Saya yakin beberapa waktu kemudian akan menjadi tambang emas.” Sikap kita akan menentukan apakah kita akan menjadi korban atau pemenang atas masalah yang kita hadapi. Ketika 12 Pengintai kembali kepada Musa dan melaporkan hasil pantauan mereka atas negeri Kanaan, 10 orang melihat dengan kacamata negatif: menganggap negeri itu sukar ditaklukkan. Bahkan melebih-lebihkan bahwa negeri itu berpenduduk raksasa dan suka makan orang. Sebaliknya, Yosua dan Kaleb berpikir lain. Mereka menyerukan, “Kita pasti bisa memasuki dan menduduki negeri itu, sebab Allah yang akan berperang di pihak kita”. Demikian juga terjadi dalam diri Abraham. Ketika ia harus berpisah dengan Lot di mana Lot telah memilih tempat yang subur, rumputnya banyak, mata airnya jernih, dan berlimpah dengan kekayaan alamnya. Abraham malah mendapatkan tempat yang sebaliknya. Abraham teta berpikir positif dan mencoba berpikir apa yang Allah pikir. Ia percaya meski tempat yang menurut ukuran matematika manusia selalu minus, minus, dan minus, tetapi di mata Allah akan menjadi tempat yang surplus berlipat kali ganda. Sikap penyerahannya kepada Allah memenangkan sebuah fakta yang sulit.

2. Percaya Pasti Melewati Masalah

Suatu kali Norman Vincent Peale berbicara dengan J.C. Penney, seorang pedagang dan pemilik supermarket tersohor yang sudah berusia di atas 95 tahun. Norman berkata kepadanya, “Anda pasti pernah menemui banyak masalah dalam hidup ini. Apakah falsafah Anda terhadap masalah-masalah itu?”. Katanya, “Begini, Norman. Sebenarnya saya berterima kasih atas seluruh masalah-masalah saya. Karena setiak kali sebuah masalah teratasi, saya menjadi lebih kuat dan lebih mampu menghadapi masalah-masalah di masa datang. Saya tambah bertumbuh dewasa oleh masalah saya.” Kalau orang-orang dunia bisa berani menghadapi masalah bahkan sukses mengatasinya, orang percaya seharusnya lebih dari itu. Terkadang agak ironis menyaksikan apa yang dilakukan anak-anak Tuhan ketika menghadapi sebuah masalah. Menurut sebuah sumber televisi, dicatat bahwa ada cukup banyak anak-anak Tuhan bertanya pada ahli Hong Sui ketika mereka membutuhkan jawaban untuk keluar dari krisis usaha dan rumah tangga mereka. Bahkan salah satu presenter acara tersebut di sebuah stasiun TV swasta adalah orang Kristen. Allah kita lebih dari pada ahli Hong Sui dan peramal-peramal hebat manapun. Musa adalah orang yang paling melihat dengan jelas bagaimana setiap masalah yang dihadapinya dilewatinya dengan penuh kemenangan. Menghadapi pemipin Mesir yang keras kepala seperti Firaun telah ia lewati dengan dikiriminya 10 Tulah yang mencengangkan. Ketika berdiri di depan Laut Teberau yang menghadangnya, di mana dibelakangnya beriring-iringan pasukan Mesir yang akan menghabisinya, secara ajaib laut itu dibelah-Nya menjadi dua sehingga ia dan bangsa Israel melintasi laut itu. Masih banyak lagi peristiwa-peristiwa ajaib yang ia boleh alami. Satu hal yang diyakini Musa: KESULITAN SEBESAR DAN SEBERAT APAPUN TUHAN MELEWATINYA.

3. Allah Kita Lebih Besar Dari Masalah Kita

Dalam dunia tinju kelas berat dikenal petinju berjuluk Si Leher Beton, Mike Tyson. Pada jamannya sulit sekali orang mengalahkannya. Di usianya yang relatif muda ia telah mengantongi gelar juara dunia kelas berat sejati. Pertandingan yang menarik yang pernah saya saksikan adalah ketika ia harus berhadapan dengan Evander Holyfield. Holyfield, yang mengaku sebagai petinju Kristen, malam itu naik ke ring dengan selendang bertuliskan “FILIPI 4:13”. Ia memenangkan pertandingan itu dan menjadi juara. Meski saya tidak terlalu setuju dengan idenya, tetapi saya bisa menyetujui keyakinanannya bahwa Tuhan yang dia percaya akan memberinya kemenangan. Apapun masalah yang datang menimpa kita, dan seberapa besar pun masalah itu, ingatlah satu hal: TUHAN KITA LEBIH BESAR DARI MASALAH KITA. Tidak ada satu hal pun yang terlalu sulit dan sukar bagi-Nya. Setiap kali menyanyikan lagu “Dia Terlebih Besar” dalam Persekutuan Doa, saya mengamini bahwa Ia lebih besar atas hidup dan masalah-masalah yang saya hadapi. Diskriminasi rasial tahun 1950-an melanda Amerika Serikat. Banyak orang-orang kulit hitam diperlakukan semena-mena dan tidak memperoleh hak yang layak. Di mana-mana terpampang tulisan “For White Only!”, “Habiskan saja orang kulit hitam itu”. Bahkan di gereja terpampang tulisan, “Colored exit by rear door”. Dalam kondisi seperti ini lahirlah Martin Luther King, Jr. Ia dilahirkan di Atlanta, Georgia, AS, 15 Januari 1929 dari keluarga berkulit hitam. Ia tumbuh dewasa dan menjadi seorang pendeta. Melihat keadaan ini hatinya berteriak dan mulai menyuarakan persamaan hak. Ia sadar bahwa problem yang ia hadapi adalah serius karena harus berhadapan dengan orang-orang kulit putih yang menjadi mayoritas dan tuan tanah bagi mereka. Salah satu khotbahnya yang terkenal adalah, “Saya memiliki impian bahwa suatu hari kelak... orang-orang akan dinilai lebih karena karakter dan bukan karena warna kulit mereka.” Dengan doa dan semangat yang menyala-nyala perjuangan berhasil, meski ia sendiri harus mati ditembak. Namanya diabadikan sebagai hari libur nasional Amerika dan khotbah selalu dikutip di mana-mana. Yang jelas ia mengajarkan satu hal: ketika kita berjuang bersama Allah, masalah sebesar apapun mungkin bagi-Nya. Masalah-masalah apa lagi yang Anda pikir Ia tidak mampu menjawabnya? Ia sanggup dan Ia hadir bersamamu!

No comments:

Post a Comment