Saturday, January 31, 2009

Buah Roh: Kebaikan

“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu" (Galatia 5:22-23)


Abraham Lincoln

Abraham Lincoln adalah presiden Amerika yang baik. Itulah yang diakui dan diceritakan A.W. Tozer dalam bukunya The Attributes of God. Suatu kali ketika Lincoln mengujungi rumah sakit, di sana terbaring seorang perwira yang terluka parah dan hampir meninggal dunia. Para perawat berbisik, “Tuan Presiden, ia tidak akan bertahan”. Presiden yang tinggi besar dan sederhana itu pergi ke bangsal rumah sakit dan mendatangi perwira muda yang sedang sekarat itu, membungkuk, mencium keningnya, dan berkata, “Letnan, Anda harus sembuh demi saya”. Perwira itu berbisik, “Tuan Presiden, aku akan melakukannya”. Dan ia bertahan hidup. Rakyat Amerika mencintai Lincoln bukan saja karena ia telah membebaskan perbudakan atau menyelamatkan Amerika, tetapi karena ia memiliki jiwa yang besar. Tetap saja ia memiliki keterbatasan. Pernah terdengar cerita bahwa pada suatu kali seseorang datang ke halaman White House (Gedung Putih) dan istri Lincoln, Mary, sedang berlari dan menjerit. Presiden yang tinggi besar itu nampak berlari dibelakangnya dengan sebuah cambuk. “Apa yang sedang terjadi di sini?”, orang itu bertanya. Lincoln menjawab, “Ia tidak mau menurut”.


Apa Kata Alkitab

Menurut Nelson’s New Illustrated Bible Dictionary “kebaikan” (Yun. Agathosune; Ing. Goodness) adalah the quality of being good; praiseworthy character; moral excellence. Kebaikan, perbuatan baik, orang yang baik, adalah bentuk sikap menyenangkan. Pada umumnya semua orang senang diperlakukan baik dan mencoba ingin menunjukkan kebaikan pada orang lain, meski dengan motivasi dan alasan-alasan tersendiri.

1. Alasan Agama: kalau kita berbuat baik, memberikan amal pada fakir miskin, janda-janda, dan orang yang membutuhkan, maka perbuatan baik kita akan diperhitungkan pada akhirat kelak.

2. Alasan Moral: kalau seorang gadis menjaga kesucian hidupnya tidak melakukan hubungan seksual sampai saat pernikahan, maka ia dianggap telah menjaga moral dan nama baik keluarganya.

3. Alasan Filosofi: seorang bijak pernah mengatakan, “Kalau kita tidak mau ditipu, janganlah menipu orang lain”, adalah contoh sederhana untuk alasan ini.

4. Alasan Humanis: memberikan bantuan keuangan, pakaian layak pakai, dan makanan kepada korban bencana alam atau kerusuhan merupakan contoh untuk alasan ini.

5. Alasan Untung-Rugi: kepada orang yang berbuat baik, maka kita akan baik pada mereka. Demikian pula sebaliknya.

6. Alasan Keamanan: dengan memberikan uang 100 atau 500 rupiah pada pemulung, pengemis, atau pengamen yang mengetok mobil kita maka kita akan merasa aman karena mereka tidak menggangu kita.

Apa sebetulnya yang dimaksud Alkitab, tepatnya Rasul Paulus, dalam melukiskan “kebaikan” yang merupakan salah satu elemen dari buah roh itu? Kalau kita memegang kelima alasan tersebut di atas, apa bedanya kekristen dengan orang-orang dunia? Sebaliknya, kalau ada orang Kristen tidak melakukan apa yang orang dunia lakukan, di mana keunggulan kekristen itu? Hal-hal apa saja yang harus kita mengerti tentang kebaikan dan apa-apa saya yang harus kita lakukan dalam memahami makna “kebaikan” ini? Perhatikanlah catatan dibawah ini:

  1. Allah adalah sumber segala kebaikan. Ketika Allah selesai menciptakan manusia dan segala isinya, Ia melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik (Kej. 1:31). Terlebih saat menciptakan manusia, Ia menjadikannya menurut gambar dan rupa Allah. Artinya, segala natur kebaikan yang ada dalam diri Allah direfleksikan dalam diri manusia. Meski manusia jatuh dalam dosa dan kebaikannya menjadi tercemar, ia tetap bisa melakukan kebaikan karena Kristus ada di dalam diri mereka. Seorang yang sungguh-sungguh merasakan kehadiran Kristus dalam hidupnya dimifestasikan melalui adanya buah Roh dalam hidup mereka, salah satunya kebaikan. Dalam suratnya kepada orang-orang di Galatia, Paulus membedakan antara kehidupan di dalam daging dan Roh. “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya” (Gal. 5:19-21a). Dan buah Roh ialah hal-hal yang sudah kita baca di atas. Kita yang berasal dari Allah harus menyatakan pula sifat-sifat dari Roh Allah itu.
  2. Allah adalah Mahabaik. Allah memiliki berbagai atribut yang menunjukkan kekhasan diri-Nya, misalahnya: kekudusan, kebenaran, keadilan, mahatahu, mahahadir, mahakuasa, dan lain sebagainya. Salah satu sifat Allah yang dirasakan manusia baik orang percaya maupun bukan adalah kebaikan dan kemurahan-Nya. Ia memberikan matahari bagi semua orang. Ia memberikan angin, hujan, dan semua musim baik bagi orang percaya maupun bukan. “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya" (Mat. 7:11). Jelas, Allah akan memberikan apa yang menjadi segala kebutuhan kita. Lihatlah kebelakang, dalam perjalanan hidup kita sampai hari ini kita tidak pernah merasa kekurangan, selalu dicukupi, dan bahkan berkelebihan. Sehingga benar apa yang dikatakan Pemazmur; “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!” (Maz. 34:9).
  3. Berbuat baik pada orang yang tidak berbuat baik. Pada umumnya manusia akan berbuat baik pada orang yang juga berbuat baik kepadanya. Itulah yang berlaku di dunia dan diajarkan oleh dunia. Tetapi kalau kita berbuat demikian, apakah upah kita? Tuhan Yesus mengingatkan kita, “Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian” (Luk. 33). Suatu kali saat menaiki mobil angkutan kota di wilayah Telukgong, Jakarta Utara, seorang penjahat menodongkan pisaunya pada seorang teman saya. Secara paksa ia mengancam dan meminta dompet yang dibawanya. Karena takut, ia menyerahkan dompet dan segala isinya itu. Sebelum penjahat itu turun, teman saya berkata, “Bang, saya mau pergi kerja. Apakah boleh saya minta ongkos untuk ke kantor?”, tiba-tiba saja ia memberikan Rp. 2.000,- pada orang yang ditodongnya itu. Penjahatpun masih bisa berbuat baik. Apa yang Yesus ajarkan jauh lebih mulia dan memiliki nilai sorgawi yang tinggi. Ia berkata, “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka..., maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi” (Luk. 6:35). Saat tentara Jerman dikalahkan sekutu, seorang tentara Nazi berlari ketakutan dan mencari perlindungan dengan mengetuk pintu sebuah keluarga. Betapa kagetnya orang yang membukakan pintu itu karena tentara itu adalah salah satu dari orang yang telah membantai keluarganya. Ia ingin menutup pintu dan membiarkan agar orang itu dibunuh tentara sekutu. Ketika mengingat ayat di atas, hatinya menangis dan mengijinkan tentara itu berlindung dalam rumahnya. Lalu menyelamatkan tentara itu. Dialah Cory Teen Boom, seorang yang selamat dari kekejaman tentara Nazi.
  4. Berbuat baik karena telah mendapat kebaikan Tuhan. “Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita -- dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah” (Kis. 9:36). Kebaikan yang dilakukan oleh orang Kristen bukan karena ingin mendapatkan “sesuatu, tetapi justru karena telah mendapatkan “sesuatu”. Dorkas, salah seorang murid Tuhan, banyak berbuat baik menolong orang lain dan memberikan sedekah bukan karena “mudah-mudahan ia masuk sorga”, tetapi karena sorga sudah ada dalam hatinya dan membagi berkat sorgawi itu pada yang memerlukannya. Ini yang menjadi perbedaan mendasar antara Kekristenan dengan kepercayaan lain. Menurut cara hidup jemaat mula-mula, kebaikan yang mereka lakukan dilakukan dengan gembira dan tulus hati. Di kota Fresno, California, ada sebuah keluarga yang selalu menjemput dan memberi tumpangan pada setiap orang yang baru datang ke kota itu, meski mereka belum mengenal satu sama lain. Mereka memberi tumpangan berhari-hari dan bahkan berminggu-minggu, sampai tamunya mendapat apartemen. Yang menarik adalah, keluarga ini melakukannya dengan penuh sukacita dan tulus hati. Saya adalah salah satu orang yang pernah mendapatkan kebaikan keluarga ini.
  5. Berbuat baik itu adalah perintah Tuhan. “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik” (Gal. 6:9); “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” (Gal. 6:10); “Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi” (1 Tim. 6:18); “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak. 4:17). Hal sederhana yang bisa segera orang lain merasakan kebaikan adalah memulainya dari diri sendiri. Kota Philadelphia pada jaman Presiden Benjamin Franklin termasuk masih gelap gulita. Suatu kali Mr. Presiden mengantungkan lentera yang indah pada malam hari di depan rumahnya. Ia senantiasa membersihkan kaca lentera itu agar kelihatan indah. Akhirnya orang-orang yang berjalanan merasa aman dan banyak penduduk di kota itu mulai memasang lampu-lampu di depan rumah mereka. Satu-satunya cara yang paling efektif agar orang mengikuti bagaimana harus berbuat baik adalah dengan memberikan contoh terlebih dahulu.


Dongeng Yahudi

Dalam dongeng Yahudi diceritakan tentang dua orang sahabat yang tinggal di dua desa yang berdampingan. Sahabat yang pertama adalah kepala keluarga dengan jumlah anak yang banyak, sedangkan sahabat yang lainnya hidup seorang diri. Suatu malam, sahabat yang punya banyak anak itu memikirkan akan keberadaan temannya ini, “Sahabatku hidup sendirian, tidak punya istri, anak-anak dan orang-orang yang bisa menghiburnya. Kalau begitu, aku akan membawa sekarung gandum di dekat rumahnya”. Diluar dugaan, sahabatnya yang hidup seorang diri juga memikirkan akan keadaan keluarga besar ini, “Sahabatku mempunyai keluarga besar, dan kebutuhanya pasti sangat banyak dari kebutuhanku. Kalau begitu aku akan membawakan sekarung gandum dan akan kutaruh di dekat rumahnya”. Kedua sahabat itu bertekad untuk saling berbuat baik dan menunjukkan kebaikannya masing-masing dan menuju ke rumah masing-masing. Di tengah perjalan mereka bertemu dengan masing-masing membawa sekarung gandum. Ketika tahu maksud isi hati mereka masing-masing, mereka menangis dan saling berpelukan. Menurut dongeng ini, di tempat di mana mereka berjumpa akhirnya berdiri Bait Suci di Yerusalem.

No comments:

Post a Comment