Saturday, January 31, 2009

Bagaimana Mengatasi Rendah Diri

“Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi…” (Mazmur 139:14-15)

Perasaan Rendah Diri
Kebencian bisa timbul dalam diri kita ketika melihat orang lain bersikap angkuh dan sombong. Merasa dirinya lebih di atas rata-rata apa yang kita miliki. Ia bersikap sombong karena merasa lebih tampan dan cantik, lebih pintar dan lebih kaya, dan lebih akan hal yang lainnya. Merasa diri lebih dari orang lain memang buruk. Sebaliknya, merasa diri rendah dihadapan orang lain pun tak kalah jeleknya. Ketika kita merasa lebih hina dan tidak berharga di hadapan orang lain, itu adalah tanda bahwa kita telah dihinggapi penyakit yang cukup serius. Penyakit itu namanya minder, merasa rendah diri. Dalam kamus psikologi ini disebut inferiority complex. Beberapa tanda perasaan minder atau inferiority misalnya, kita merasa gugup dan berkeringat ketika presentasi di kelas atau berbicara dihadapan orang banyak. Berdiam diri dan termenung karena tidak bisa mengikuti orang-orang yang berbicara soal-soal akedemis dan politis. Tidak mau bergaul dengan orang-orang yang kaya karena ia membandingkan dirinya sendiri yang tidak punya apa-apa. Apabila diminta untuk melakukan sesuatu, ia segera menghindar, merasa tidak mampu dan tidak bisa melakukan apa yang dimintakannya. Tidak berani masuk ke toko-toko “berkelas” karena menganggap tidak mungkin bisa membelinya, atau takut diperlakukan tidak hormat. Bila ini terjadi, maka kita pun makin merana, merasa diri betul-betul hina dan tak berguna, makin menjauhi orang banyak, dan menyendiri dalam kesunyian hidup. Hidup pun menjadi tiada arti. Akibatnya, semua ini bisa melahirkan beban hidup yang berat. Bahkan bila melekat dalam pribadi akan menginginkan kematian. Lalu, hal-hal apa saja yang biasanya membuat kita merasa minder, apa penyebabnya, dan bagaimana seharusnya kita mengatasi hal itu?

1. Kondisi Fisik
Hal pertama yang menyebabkan banyak orang bisa merasa minder adalah masalah fisik. Sebagian orang merasa kurang nyaman ketika melihat kulitnya lebih hitam dari rekannya, hidungnya kurang memikat, senyumnya kurang menawan, tawanya kurang bersahaja, alis yang terlalu tipis, mata terlalu sipit, dan lain sebagainya. Ada lagi yang menutup diri karena ia memiliki kekurang-sempurnaan dari tubuhnya, tidak mau bergaul dengan banyak orang karena tubuhnya terlalu gemuk atau terlalu kurus. Di tambah dengan tayangan iklan televisi yang menonjolkan kecantikan dan kesempurnaan tubuh dari para bintangnya, bisa membuat banyak orang merasa minder. Princess Fiona adalah putri bangsawan dari kerajaan Far Away. Orangtuanya adalah orang yang paling dihormati warganya. Mereka merasa bangga memiliki putri yang cantik. Suatu ketika Fiona diculik dan diselamatkan oleh seorang Ogre, manusia setengah monster. Karena sebuah kutukan maka Fiona pun berubah menjadi Ogre dan menikah dengan pria monster itu. Dalam perjalan pulang kembali ke kampung halamannya serta memperkenalkan suaminya pada orangtuanya, sang ayah begitu marah dan merasa malu mempunyai menantu yang buruk rupa itu. Ia lupa, padahal putrinya pun berwujud sama dengan suaminya. Anehnya, Fiona dan Shrek, nama suaminya itu, tidak merasa malu dengan kondisi fisiknya yang menjadi bahan tertawaan itu. Malah, mereka menikmati kebahagiaan hidup bersama sebagai suami istri. Alkitab mencatat kisah nyata yang menarik. Zakeus si Pemungut Cukai memiliki kondisi fisik yang kurang menguntungkan. Ia digambarkan sebagai orang yang pendek, sehingga untuk melihat Yesus saja ia harus menaiki sebatang pohon ara. Bukan hanya fisiknya, pekerjaannya pun menjadi caci makian banyak tetangganya. Banyak dari tetangganya tidak mau mendekatinya, apalagi bersahabat dengannya. Hidupnya sunyi, sepi seorang diri. Meski banyak orang yang menolaknya, Yesus mau menerimanya. Ia dengan lemah lembut memanggilnya, "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu” (Luk. 19:5). Merasa diri tidak sempurna itu wajar. Yang tak wajar adalah ketika kita menyesalinya dan tak dapat menikmati kehidupan karenanya. Sebab, selain dianugerahi kelebihan, Tuhan juga menitipkan juga apa yang disebut “kekurangan”. Ingatlah! Meski kita berbeda satu dengan yang lain, di mata Tuhan kita tetap sangat berharga. “Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu” (Maz. 17:8). Malah sebaliknya, di tengah-tengah kekurangan kita kita bisa menjadikan hidup ini amal bagi orang lain. Setelah Yesus menerima Zakheus, ia berkata dan bertekad pada Tuhannya, “"Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin….” (Luk. 19:8a).

2. Faktor Keturunan
Ada orang-orang tertentu yang malu mengakui sebagai bangsa dan warga negara tertentu. Koran Kompas, pada saat terjadinya Kerusuhan Mei 1998, membuat judul yang mengejutkan: Aku malu menjadi orang Indonesia. Bisa jadi begitu, karena pada masa itu sebagian perilaku masyarakat kita bertindak anarki, brutal, dan diluar batas-batas kemanusiaan. Kita tahu semua peristiwa itu. Di tambah masalah rasial dan diskriminasi yang masih terjadi saat ini, masih banyak dari rakyat ini memiliki perasaan seperti itu. Sampai-sampai pernah terdengar ungkapan pedih: Mengapa saya harus dilahirkan di negeri ini? Di lain sisi, ada sebagian orang pun yang merasa rendah ketika harus berhadapan dengan orang-orang dari bangsa lain. Pada Agustus 2000, ketika pertama kali mendaratkan kaki di Bandara Los Angelos, saya memiliki perasaan takut dan minder karena berjumpa dengan banyak orang Amerika di sana. Terlebih ketika diwawancari petugas imigrasi, perasaan tersebut semakin menjadi-jadi. Sebelumnya, ketika mengurus visa di Kedubes AS pun, merasakan hal yang sama. Ada perasaan inferiority ketika harus berbicara dan berhadapan dengan bangsa asing. Terlebih bangsa yang menurut banyak orang dikatakan sebagai bangsa yang maju, modern, berteknologi tinggi, dan lain sebagainya. Padahal, ketika sudah berbulan-bulan tinggal di sana, saya menemukan bahwa mereka tidak lebih tinggi dan hebat dari saya. Pada beberap kali kesempatan ketika berbicara soal sejarah, geografi, dan kekristenan, banyak dari mereka sedikit yang mengetahuinya. Sampai-sampai saya menyimpulkan, mungkin kelebihan mereka adalah bahasa Inggrisnya lebh lancar dari kita. Saya menerima sebuah email berbahasa Inggris dengan judul cukup menarik: Proud to be Chinese. Dikisahkan, suatu kali seorang pria Chinese masuk ke sebuah bank di New York City dan bertanya pada bagian peminjaman. Ia mengatakan pada petugas bank itu bahwa ia ada urusan bisnis ke Taiwan selama 2 minggu dan ia membutuhkan pinjaman $5,000. Petugas bank mengatakan padanya bahwa ia membutuhkan jaminan atas pinjaman itu, maka si pria itu menyerahkan kunci mobil Ferari terbarunya yang diparkir di depan bank itu. Pihak bank setuju dan menerima mobil itu sebagai jaminannya. Pimpinan dan para karyawan bank itu senang dan tertawa pada pria Chinese itu dengan menjamin Ferari seharga $ 250,000 untuk pinjaman sebesar $ 5,000. Kemudian seorang petugas membawa mobil itu dan diparkirnya dalam garasi di ruang bawah. Dua minggu berlalu, si pria Chinese itu kembali, dan membayar $5,000 beserta bunganya, yang hanya sebesar $15.41. Petugas bank itu berkata, "Pak, kami senang berbisnis dengan Anda, dan transaksi ini berjalan manis sekali, tetapi kami sedikit heran. Ketika Anda pergi, kami menyelidiki dan mengetahui bahwa Anda seorang yang kaya raya sekali. Yang membuat kami heran adalah, mengapa Anda harus meminjam uang sebesar $ 5,000 yang sebetulnya tidak ada artinya bagi Anda?” Si pria itu menjawab: "Di tempat mana di New York City saya dapat memarkirkan mobil saya selama 2 minggu hanya membayar $15.41 dan berharap bisa menemukan mobil saya ketika saya kembali? Alkitab mencatat bahwa Abraham berasal dari keturunan penyembah berhala. Namun, ia tidak pernah menyesali akan silsilah keluarganya. Malah sebaliknya, kehadiran Abraham menjadi berkat bagi banyak orang dengan membawa para penyembah berhala menjadi penyembah-penyembah Allah yang hidup.

3. Status Sosial
Hal berikut yang bisa membuat orang merasa rendah adalah ketika ia merasa tidak punya apa-apa. Dibandingkan dengan tetangganya, rumahnya berukuran kecil sekelas RSSSS (rumah sedikit semen sempit sekali), tv-nya jauh lebih kecil, ke kantor hanya mengendarai sepeda motor tua, pakaian pun bukan yang branded, dan pendapatan yang cukup hanya untuk sebulan (itupun terkadang kurang). Acap kali, banyak orang berpikir, “Saya pasti bahagia bila saya menjadi orang kaya”, atau “Seandainya saja saya seperti orang kaya itu, pasti saya akan bahagia”. Perlu diingat, yang menyebabkan orang menjadi mulia bukan karena kekayaannya, tetapi perasaan puas diri dan mensyukuri anugerah Tuhan itu yang menjadikan orang itu mulia. Sebab, meskipun dia miskin harta, namun kaya hati. Dalam kitab Ester ada kisah yang menarik (Est. 2:7-23). Ester adalah seorang wanita Yahudi yang luar biasa cantiknya yang terasing dan hidup sebagai yatim piatu. Raja Ahasyweros memilihnya untuk menjadi ratunya tanpa mengetahui asal usulnya. Karena perilakunya yang mulia dia menjadi teladan kebajikan bagi wanita lainnya dan sangat dicintai oleh suaminya. Diapun menjadi teladan bagi kaum bangsanya. Keteladan bukan hanya ditunjukkan pada kebaikan hatinya, tetapi juga pemahamannya tentang Allah yang benar yang selalu memelihara hidupnya. Itu sebabnya, jangan lagi membanding-bandingkan akan keberadaan kita dengan orang lain, apalagi sampai merasa susah akan hal itu. Lebih baik bekerjalah dengan tekun, giatlah belajar, dan teruslah raih kebahagiaan itu. Dalam buku Kisah Sukses Pebisnis Dunia seri Biografi terbitan Majalah Intisari dikisahkan pebisnis sukses bernama Soichiro Honda. Ia tidak mewarisi harta kekayaan dari nenek moyangnya. Soichiro adalah putra pemilik bengkel sepeda yang berpendidikan rendah. Pria yang dilahirkan pada 17 November 1906 berasal dari keluarga yang miskin. Tetangganya yang kebanyakan anak-anak orang kaya sering mengoloknya dan menjauhinya. Sebagai anak sulung dari 9 bersaudara, Soichiro melamar pekerjaan sebagai seorang montir di sebuah bengkel mobil Arto Shokai. Meski diterima, pekerjaan sehari-harinya adalah menjaga anak majikannya. Pada September 1923 terjadi gempa bumi yang hebat yang menewaskan 57.000 orang. Banyak orang lari meninggalkan tempat itu. Soichiro yang tidak bisa membawa mobil berusaha menyelematkan dan mengendarai sebuah mobil dari tempatnya bekerja. Kemudian ia mengotak-atik dan membetulkan mobil tersebut. Dari sinilah awal kesusksesannya. Kerja keras dan keuletannya menjadikan dia sebagai orang yang diperhitungkan dalam dunia bisnis otomotif. Usaha kerasnya membuahkan kesuksesan luar biasa dan menjamur di banyak negera. Kalau Anda memiliki mobil bermerk Honda, inilah kisah sang penemu dan pencetus ide itu.

4. Jenis Pekerjaan
Melihat jenis pekerjaan orang lain dan membandingkan dengan apa yang kita miliki jauh lebih sedikit hasil yang didapat bisa membuat orang merasa rendah dan malu. “Teman saya restorannya besar, saya hanya warung sederhana”. “Toko dia ada di mana-mana: mulai dari Tunjungan sampai Pakuwon, sementara saya hanya toko kecil di ujung gang jalan”. “Dia kantornya di perusahaan besar, saya buruh upahan”. Pasti kita pernah mendengar ungkapan-ungkapan seperti ini. Berapa banyak orang larut yang terus membandingkan pekerjaannya dengan pekerjaan orang lain. Lalu, melihat pekerjaan orang lain lebih besar, hebat dan wah, kita merasa rendah dengan mereka. Selama yang kita kerjakan adalah bersih, jujur, dan benar, kita jauh lebih berbahagia dengan orang yang memiliki perusahaan besar tapi dengan jalan yang tidak benar. Lagipula, kalau kita sukses dan kaya semata-mata hanyalag berkat-Nya. “Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya” (Ams. 10:22). Tugas kita adalah bekerja, bekerja, dan bekerja! Pernahkan Anda mendengar Harland Sanders? Pria ini bekerja sebagai kondektur jalanan, dan petugas rel kereta api, yang di Indonesia masuk kategori jenis pekerjaan berpenghasilan murah. Pada tahun 1930, di usia 40 tahun, ia mencoba berjualan dengan menawarkan makanan pada para pelanggannya di Corbin, Kentucky, Amerika Serikat. Pada mulanya, ia menyajikan makanan itu di meja makan di tempat tinggalnya (kayak Warteg). Makanannya terkenal, dan pada akhirnya ia membuka rumah makan di kota itu. Selama beberapa tahun ia mengembangkan kombinasi rahasia dari 11 ramuan dan bumbu-bumbu ke dalam resep makanannya. Pada usia 66 tahun, Sanders mengendarai mobil stasiun wagon menyusuri jalan raya. Setiap kali ia melihat rumah makan, ia berhenti, mengetuk pintu, dan menawarkan resep makanannya. Para pelangganya setuju menggunakan resep itu dan membayar 5 sen dolar kepada Sanders untuk setiap potong ayam goreng yang terjual. Setelah resep Sanders diperkanalkan, sebagian besar pemilik rumah makan menemukan bahwa para pelanggannya sangat menyukainya. Kesuksesan diraih dan restoran-restoran Sanders diwaralabakan di seluruh Amerika Serikat dan diseluruh dunia. Dalam suatu jajak pendapat yang diadakan pada tahun 1970-an,Harland Sanders terdaftar sebagai salah satu dari lima orang yang paling terkenal di seluruh dunia. Kalau Anda pernah menikmati Kentucky Fried Chicken dimanapun di dunia ini, dialah pemilik restoran-restoran itu. Alkitab menasihati: “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya” (Ams. 10:4).

5. Pendidikan dan Kemampuan
Sudah kewajiban dan kerinduan banyak orangtua bisa menyekolahkan anaknya setinggi mungkin. Dengan begitu si anak bisa memiliki kemampuan dan diterima di masyarkat. Itu sebabnya, sebisa mungkin mereka akan berjuang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah favorite atau kalau perlu di luar negeri. Bagi mereka yang kurang beruntung dan ada kesempatan, terkadang meresa minder bila membandingkan dengan anak-anak orang lain karena hanya sekolah di sekolah biasa. Yang merasa minder bukan hanya si orangtua, tetapi juga anak-anaknya. Apalagi, bila anak tersebut tidak memiliki kemampuan apa-apa, akan menambah perasaan malu dan rendah dirinya. Ingat kisah Musa? Tokoh ini pernah mengalaminya. Di padang Midian, ketika sedang menggembalakan kambing dombanya, Musa berjumpa dengan Allah dan ia mendapat pesan yang sangat jelas: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir … Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir” (Kel. 3:7, 10). Bagaimana jawab Musa? Dengan jelas pula ia menjawab: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" (Kel. 3:11). Ditambahkan, "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah” (Kel. 4:10). Jawaban Musa jelas menunjukkan keraguan, ketakutan, perasaan diri kecil dan tidak berdaya dibandingkan harus menghadapi orang yang lebih memiliki segala-galanya di negeri Mesir itu. Ia telah 40 tahun tinggal di negeri Midian. Hidup di tengah-tengah rakyat pedesaan, sahabatnya hanyalah kambing domba, pendidikannya didapatnya dari padang rumput dan alam sekitarnya, jarang berjumpa dengan orang banyak, dsb. Sekarang harus menghadap Firaun? Harus pergi ke kota besar? Harus bertemu dengan orang-orang pintar di sana? Apa yang harus dikatakannya pada mereka? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang membuat Musa merasa ragu, rendah diri, dan takut. Tuhan menguatkan dan menghiburnya, "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan” (Kel. 4:11-12).

Cara Pikir
Cara kita berpikir memiliki hubungan erat dengan seberapa banyak yang dapat kita selesaikan. Jika kita percaya bahwa kita akan berhasil, kemungkinan kita untuk berhasil besar. Jika kita tidak dapat melihat diri kita sendiri sebagai orang yang berhasil, kita kemungkinan besar tidak akan pernah mencapai impian-impian kita. Ketika berusia 13 tahun, seorang anak bernama Steven tahu bahwa ia ingin menjadi seorang sutradara film. Ketika berusia 17 tahun, ia mengunjungi Universal Studio sebagai seorang turis. Hal itu sangat menyenangkan baginya. Diam-diam ia keluar dari rombongan tur dan masuk ke dalam sebuah ruangan tempat pembuatan film. Ketika menemukan kepala departemen editorial, ia berbicara kepadanya mengenai pembuatan film. Esoknya, ia mengenakan setelan baju, meminjam tas ayahnya, dan memasuki lapangan parkir studio seolah-olah ia adalah pemiliknya. Ia menemukan sebuah truk trailer yang menganggur dan menuliskan namanya pada truk tersebut. Ia terus bekerja keras di lapangan parkir itu dengan khayalan sebagai seorang sutradara dan mempelajari bisnis pembuatan film. Pada waktunya, ia menjadi pengunjung tetap Universal Studio, memproduksi sebuah film pendek, dan pada akhirnya ditawari kontrak tujuh tahunan. Saat ini ia adalah salah satu sutradara terkenal dan termahal di Holywood dan paling terkenal di seluruh dunia. Dialah Steven Spielberg. Alkitab berkata: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Fil. 4:13).

No comments:

Post a Comment